Aku terdiam di ujung meja berwarna putih. Menatap sang rembulan dari balik jendela di hadapanku. Wajahku sudah bosan menunggu seorang pria datang membuka pintu hitam itu kemudian menyentuh tubuhku.
Ku pandangi jam dinding di
samping jendela, sudah pukul 8 malam. Seharusnya dia sudah pulang sedari tadi.
Mataku sudah terkantuk namun tetap terjaga menantinya dengan setia disini.
Duakkk
Pintu di ujung sana
dibanting sangat keras. Pria yang ku tunggu sudah tiba di hadapanku. Wajahnya
tampak sangat gembira. Sambil sesekali melompat-lompat kegirangan.
Kemudian pria itu duduk di
dekat meja tempatku berada. Membuka ransel hitamnya dan mengeluarkan benda
hitam berbentuk persegi.
"Wah... Laptop hadiah
dari ayah sangat bagus". Pria itu tersenyum lebar sambil memeluk benda
hitam di tangannya.
"Hei... Siapa
kau?". Tanyaku pada benda hitam berbentuk persegi itu.
Benda itu hanya diam
melirikku dengan tatapan sombong. Kemudian tersenyum sinis seolah menganggapku
remeh.
Wajah pria di depanku masih
tersenyum sambil membuka benda hitam di hadapannya. Benda hitam itu terbuka
mengeluarkan cahaya dan suara yang aneh.
"Wah... Aku bisa
semakin semangat menulis sekarang". Ucap pria itu dengan girang.
Wajahku langsung gembira
mendengar ia mengatakan kata menulis. Kemudian pria itu menatapku dengan tajam.
Wajahku memerah, malu, sekaligus bahagia di pandangnya begitu.
Diambilnya tubuhku ringan
sambil dilihatnya sebentar.
"Ah... Aku sudah tak
membutuhkanmu pena tua". Ucap pria itu di depan wajahku.
Kemudian pria itu
melemparku jauh hingga tersungkur di bawah kasur tempatnya tidur.
"Apa yang kau
lakukan?". Teriakku pada pria itu. Namun pria itu diam dan kembali
tersenyum memandang benda persegi di hadapannya.
Benda persegi itu tersenyum
sinis melihatku tersungkur di bawah kasur.
"Ha ha ha... Namaku
laptop. Kau sudah tak berguna lagi pena tua.
Sekarang zaman sudah canggih. Pria
ini sudah tak perlu menggunakan cara kuno darimu lagi". Hardik benda
persegi yang mengaku dirinya laptop itu padaku.
Tubuhku membeku tak dapat
berbuat apa-apa di bawah kasur pengap ini. Berteman dengan debu tebal dan
sarang laba-laba yang terpajang di sana-sini.
Aku hanya dapat menatap
pria itu bermain gembira dengan laptop di hadapannya. Berharap suatu saat dia
memungut tubuhku lagi. Kemudian menggoreskan tubuhku merangkai kata-kata indah
yang selalu membuatnya terjaga hingga pagi.
-
Riowaldy.
MANIS!!!!!1
ReplyDeletePdahall tokoh dalam "aku" didalm cerita yang mengantar kita ke alurnya adalah sebuah pena ya? pemilihan sudut pandang yang kreatif! Gokil di'!!!
Oiya, salam kenal ya, smoga makin rajin nulis lagi...sya liat postingan nya masih jarang2...
Smngat nulis nya riwaldi!. Tulisan nya gw suka'...
Thanks. Rajin rajin mampir ya :)
DeletePena ada SENJATA yg sangat berbahaya,, lebih bahaya dari AK47..
ReplyDeletePena filosofinya sangat luwes...
semoga mimin terus berkarya dengan penanya,,,sukses blogger
LOL. Amin amin. Sukses juga buat agan nya
DeleteBw sukses gan..artikelnya bermanfaat :D
ReplyDeleteThanks
DeleteWah wah wah nice post gan :D
ReplyDeleteThanks
Delete