Memang malam selalu gelap. Menggelapkan setiap hal yang sengaja menyapanya. Enggan aku bertutur sapa dengannya. Meski ia sering merayuku meski tak berucap. Terkadang di kirimkannya hembusan angin yang menusuk kulitku. Di paksanya aku terlelap di dalamnya. Namun tak pernah sekalipun aku bergeming. Ku tolak setiap ajakannya datar.
Hingga suatu ketika sang malam
tak kalah akal. Di buatnya aku gelap segelap-gelapnya. Tak berdaya daku
menerima serangan mautnya. Kali ini di kirimnya sosok yang lebih indah dari
bidadari. Kulihat rambut lurus panjangnya dalam kerumunan orang di tengah kota.
Di tuntunnya aku oleh malam menuju sang ciptaan indah tuhan itu. Benar saja,
indahnya bukan main. Aku yang jauh dari kata menarik ini dengan dengan lancang
berdiri di sampingnya. Ku belikannya ia minum. Hanya tersenyum sambil
meninggalkanku begitu saja. Aku di campakannya dalam malam. Rupanya aku di
permainkan oleh sang malam.
Malam berikutnya sang malam
enggan memberikan petunjuk lagi padaku. Hilang akal sudah aku memikirkannya
setiap terbangun menatap pagi. Ku cari sosok bidadari itu kembali. Meski hanya
dengan alasan meneguk secangkir kopi. Hingga tengah malam tak ku sangka dia
datang kembali. Dengan rambut panjangnya yang masih selalu membuatku terpesona.
Dia menatapku hingga hitungan ke tujuh. Berarti dia mengingatku begitu jelas. Aku
terbang tinggi tak terjangkau. Ku dekati dirinya kembali. Kali ini ia
membelikanku minum. Ku berikan tanganku di hadapannya. Di jabatnya tanganku
tanpa ragu. Ku ucapkan namaku dengan jelas. Dia hanya tersenyum dan sekali lagi
meninggalkanku pergi.
Harus ku akui wanita satu ini
berbeda dengan lainnya yang pernah ku temui. Dibawanya hatiku pergi entah
kemana. Pulanglah aku kembali meski tak membawa hati. Dia memang wanita yang
rakus. Sudah punya dia satu hati, namun diambilnya pula milikku pergi tanpa
menukarkan dengan miliknya.
Setiap malam akhir pekan kucoba
mencarinya di tempat yang serupa. Ku jumpa dia lagi, kali ini dengan baju serba
merah menyala. Ku jabat tangannya erat. Kutanya padanya mengapa ia selalu
pergi. Dijawabnya padaku, bahwa ia adalah sang ombak yang akan menemuiku meski
sekejap, lalu harus kembali kala waktunya untuk kembali. Namun suatu saat pasti
akan tetap kembali.
Ku pandang matanya penuh arti. Ku
ucapkan padanya jika ia sudah merenggut hatiku pergi. Lalu berjanjilah ia untuk
bersamaku malam ini. Tak ingin ia kembali hingga nanti. Bahkan di genggamnya
hati ini seakan tak ingin ia lepas. Ku minta hatinya untukku. Namun ia hanya
menatapku sambil tersenyum kembali. Terlelap aku kala itu tak ingin bergeming
meski se inci. Ingin selalu ku bersama bidadari itu hingga mati. Namun rupanya
sang malam menyesatkanku lagi. Bidadari itu pergi tak berpamit saat pagi. Hanya
ada hati yang tak sempurna dan beberapa goresan pena yang ia beri. Katanya jangan
menghubunginya lagi.
-
Riowaldy.
-
Riowaldy.
kayak pernah di ucapin sma pacar sya :D
ReplyDeletepacar mbak uti memang sweet kan :)
Deletekeren gan ceritanya :)
ReplyDeletethank you gan (y)
DeleteNice artikel min
ReplyDeleteThank you
DeleteNice ;)
ReplyDeleteThanks
DeleteAwas gan khilaf :v
ReplyDeleteInsyaallah nggak gan :v
DeleteMantap gan storinya :D
ReplyDeletethanks ya
DeleteReal story ini gan...??
ReplyDeleteSipp dah pangeran malam.. :D
fiksi gan hehe
Deletedalem banget gan :D
ReplyDeleteuugghh :') sedih gan
ReplyDeletenih tisu gan *kasih tisu*
Deletegaququ gan
ReplyDeletereal story kah?
hanya fiksi :)
DeleteJadi Baper Saya :)
ReplyDeleteduh :)
DeleteSangat Menyentuh Hati
ReplyDelete